Sabtu, 19 Februari 2011

Cipher Blok (Block Cipher)

Pada cipher blok, rangkaian bit-bit plainteks dibagi menjadi blok-blok bit dengan panjang sama, biasanya 64 bit (tapi adakalanya lebih). Algoritma enkripsi menghasilkan blok cipherteks yang – pada kebanyakan sistem kriptografi simetri – berukuran sama dengan blok plainteks.

Dengan blok cipher, blok plainteks yang sama akan dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama bila digunakan kunci yang sama pula. Ini berbeda dengan cipher aliran dimana bit-bit plainteks yang sama akan dienkripsi menjadi bit-bit cipherteks yang berbeda setiap kali dienkripsi.


Misalkan blok plainteks (P) yang berukuran m bit dinyatakan sebagai vektor

P = (p1, p2, …, pm)

yang dalam hal ini pi adalah 0 atau 1 untuk i = 1, 2, …, m, dan blok cipherteks (C) adalah

C = (c1, c2, …, cm)

yang dalam hal ini ci adalah 0 atau 1 untuk i = 1, 2, …, m.

Bila plainteks dibagi menjadi n buah blok, barisan blok-blok plainteks dinyatakan sebagai

(P1, P2, …, Pn)

Untuk setiap blok plainteks Pi, bit-bit penyusunnya dapat dinyatakan sebagai vektor

Pi = (pi1, pi2, …, pim)


• Enkripsi dan dekripsi dengan kunci K dinyatakan berturut-turut dengan persamaan

EK(P) = C

untuk enkripsi, dan

DK(C) = P

Fungsi E haruslah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga
E-1 = D

Skema enkripsi dan dekripsi dengan cipher blok digambarkan pada Gambar 1.



Enkripsi: Dekripsi:

Blok Plainteks P Blok Cipherteks C
P = (p1, p2, …, pm) C = (c1, c2, …, cm)



Kunci K E Kunci K D




Blok Cipherteks C Blok Plainteks P
C = (c1, c2, …, cm) P = (p1, p2, …, pm)


Gambar 1 Skema enkripsi dan dekripsi pada cipher blok


Teknik Kriptografi Klasik yang Digunakan pada Cipher Blok

• Algoritma blok cipher menggabungkan beberapa teknik kriptografi klasik dalam proses enkripsi. Dengan kata lain, cipher blok dapat diacu sebagai super-enkripsi.

• Teknik kriptografi klasik yang digunakan adalah:
1. Substitusi.
Teknik ini mengganti satu atau sekumpulan bit pada blok plainteks tanpa mengubah urutannya. Secara matematis, teknik substitusi ini ditulis sebagai

ci = E(pi), i = 1, 2, … (urutan bit)

yang dalam hal ini ci adalah bit cipherteks, pi adalah bit plainteks, dan f adalah fungsi substitusi.

Dalam praktek, E dinyatakan sebagai fungsi matematis atau dapat merupakan tabel susbtitusi (S-box).


2. Transposisi atau permutasi
Teknik ini memindahkan posisi bit pada blok plainteks berdasarkan aturan tertentu. Secara matematis, teknik transposisi ini ditulis sebagai

C = PM

yang dalam hal ini C adalah blok cipherteks, P adalah blok plainteks, dan M adalah fungsi transposisi.

Dalam praktek, M dinyatakan sebagai tabel atau matriks permutasi.





• Selain kedua teknik di atas, cipher blok juga menggunakan dua teknik tambahan sebagai berikut:
3. Ekspansi
Teknik ini memperbanyak jumlah bit pada blok plainteks berdasarkan aturan tertentu, misalnya dari 32 bit menjadi 48 bit. Dalam praktek, aturan eskpansi dinyatakan dengan tabel.

4. Kompresi
Teknik ini kebalikan dari ekspansi, di mana jumlah bit pada blok plainteks diciutkan berdasarkan aturan tertentu. Dalam praktek, aturan kompresi dinyatakan dengan tabel.


Prinsip Penyandian Shannon

• Pada tahun 1949, Shannon mengemukakan dua prinsip (properties) penyandian (encoding) data. Kedua prinsip ini dipakai dalam perancangan cipher blok yang kuat. Kedua prinsip Shannon tersebut adalah:
1. Confusion
Prinsip ini menyembunyikan hubungan apapun yang ada antara plainteks, cipherteks, dan kunci. Sebagai contoh, pada cipher substitusi seperti caesar cipher, hubungan antara cipherteks dan plainteks mudah diketahui, karena satu huruf yang sama pada plainteks diganti dengan satu huruf yang sama pada cipherteksnya.

Prinsip confusion akan membuat kriptanalis frustasi untuk mencari pola-pola statistik yang muncul pada cipherteks. Confusion yang bagus membuat hubungan statistik antara plainteks, cipherteks, dan kunci menjadi sangat rumit.

2. Diffusion
Prinsip ini menyebarkan pengaruh satu bit plainteks atau kunci ke sebanyak mungkin cipherteks. Sebagai contoh, pengubahan kecil pada plainteks sebanyak satu atau dua bit menghasilkan perubahan pada cipherteks yang tidak dapat diprediksi.

Prinisp diffusion juga menyembunyikan hubungan statistik antara plainteks, cipherteks, dan kunci dan membuat kriptanalisis menjadi sulit.

Untuk mendapatkan keamanan yang bagus, prinsip confusion dan diffusion diulang berkali-kali pada sebuah blok tunggal dengan kombinasi yang berbeda-beda.


Mode Operasi Cipher Blok

• Plainteks dibagi menjadi beberapa blok dengan panjang tetap. Beberapa mode operasi dapat diterapkan untuk melakukan enkripsi terhadap keseluruhan blok plainteks. Empat mode operasi yang lazim diterapkan pada sistem blok cipher adalah:
1. Electronic Code Book (ECB)
2. Cipher Block Chaining (CBC)
3. Cipher Feedback (CFC)
4. Output Feedback (OFB)

Hanya 2 mode operasi saja yang akan dibahas dalam kuliah ini, yaitu ECB dan CBC.


Electronic Code Book (ECB)

• Pada mode ini, setiap blok plainteks dienkripsi secara individual dan independen.

• Secara matematis, enkripsi dengan mode ECB dinyatakan sebagai

Ci = EK(Pi)


dan dekripsi sebagai

Pi = DK(Ci)

yang dalam hal ini, Pi dan Ci masing-masing blok plainteks dan cipherteks ke-i.

Gambar 2 memperlihatkan enkripsi dua buah blok plainteks, P1 dan P2 dengan mode ECB, yang dalam hal ini E menyatakan fungsi enkripsi yang melakukan enkripsi terhadap blok plainteks dengan menggunakan kunci K.


Blok Plainteks P1 Blok Plainteks P2



Kunci K E Kunci K E




Blok Cipherteks C1 Blok Plainteks C2


Gambar 2 Skema enkripsi dan dekripsi dengan mode ECB


Contoh 1: Misalkan plainteks (dalam biner) adalah

10100010001110101001

Bagi plainteks menjadi blok-blok yang berukuran 4 bit:

1010 0010 0011 1010 1001

atau dalam notasi HEX adalah A23A9.

Misalkan kunci (K) yang digunakan adalah (panjangnya juga 4 bit)

1011

atau dalam notasi HEX adalah B.

Misalkan fungsi enkripsi E yang sederhana (tetapi lemah) adalah dengan meng-XOR-kan blok plainteks Pi dengan K, kemudian geser secara wrapping bit-bit dari Pi  K satu posisi ke kiri.

Proses enkripsi untuk setiap blok digambarkan sebagai berikut:

1010 0010 0011 1010 1001
1011 1011 1011 1011 1011 

Hasil XOR: 0001 1001 1000 0001 0010
Geser 1 bit ke kiri: 0010 0011 0001 0010 0100
Dalam notasi HEX: 2 3 1 2 4


Jadi, hasil enkripsi plainteks

10100010001110101001 (A23A9 dalam notasi HEX)

adalah

00100011000100100100 (23124 dalam notasi HEX)



• Catatlah bahwa blok plainteks yang sama selalu dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama (atau identik). Pada contoh 1 di atas, blok 1010 muncul dua kali dan selalu dienkripsi menjadi 0010.

Contoh yang lebih nyata misalkan pesan

KUTU BUKU DI LEMARIKU

dibagi menjadi blok-blok yang terdiri dua huruf (dengan menghilangkan semua spasi) menjadi

KU TU BU KU DI LE MA RI KU

maka blok yang menyatakan “KU” akan dienkripsi menjadi blok cipherteks (dua huruf) yang sama.

• Kata “code book” di dalam ECB muncul dari fakta bahwa karena blok plainteks yang sama selalu dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama, maka secara teoritis dimungkinkan membuat buku kode plainteks dan cipherteks yang berkoresponden.

Namun, semakin besar ukuran blok, semakin besar pula ukuran buku kodenya. Misalkan jika blok berukuran 64 bit, maka buku kode terdiri dari 264 – 1 buah kode (entry), yang berarti terlalu besar untuk disimpan. Lagipula, setiap kunci mempunyai buku kode yang berbeda.


Padding

• Ada kemungkinan panjang plainteks tidak habis dibagi dengan panjang ukuran blok yang ditetapkan (misalnya 64 bit atau lainnya). Hal ini mengakibatkan blok terakhir berukuran lebih pendek daripada blok-blok lainnya.

• Satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan padding, yaitu menambahkan blok terakhir dengan pola bit yang teratur agar panjangnya sama dengan ukuran blok yang ditetapkan. Misalnya ditambahkan bit 0 semua, atau bit 1 semua, atau bit 0 dan bit 1 berselang-seling.
• Misalkan ukuran blok adalah 64 bit (8 byte) dan blok terakhir terdiri dari 24 bit (3 byte). Tambahkan blok terakhir dengan 40 bit (5 byte) agar menjadi 64 bit, misalnya dengan menambahkan 4 buah byte 0 dan satu buah byte angka 5. Setelah dekripsi, hapus 5 byte terakhir dari blok dekripsi terakhir.


Keuntungan Mode ECB

1. Karena tiap blok plainteks dienkripsi secara independen, maka kita tidak perlu mengenkripsi file secara linear. Kita dapat mengenkripsi 5 blok pertama, kemudian blok-blok di akhir, dan kembali ke blok-blok di tengah dan seterusnya.

Mode ECB cocok untuk mengenkripsi arsip (file) yang diakses secara acak, misalnya arsip-arsip basisdata. Jika basisdata dienkripsi dengan mode ECB, maka sembarang record dapat dienkripsi atau didekripsi secara independen dari record lainnya (dengan asumsi setiap record terdiri dari sejumlah blok diskrit yang sama banyaknya).

Jika mode ECB dikerjakan dengan prosesor paralel (multiple processor), maka setiap prosesor dapat melakukan enkripsi atau dekripsi blok plainteks yang berbeda-beda.

2. Jika satu atau lebih bit pada blok cipherteks mengalami kesalahan, maka kesalahan ini hanya mempengaruhi cipherteks yang bersangkutan pada waktu dekripsi. Blok-blok cipherteks lainnya bila didekripsi tidak terpengaruh oleh kesalahan bit cipherteks tersebut.


Kelemahan ECB
1. Karena bagian plainteks sering berulang (sehingga terdapat blok-blok plainteks yang sama), maka hasil enkripsinya menghasilkan blok cipherteks yang sama (lihat Contoh 1).

Bagian plainteks yang sering berulang misalnya kata-kata seperti (dalam Bahasa Indonesia) dan, yang, ini, itu, dan sebagainya.

Di dalam e-mail, pesan sering mengandung bagian yang redundan seperti string 0 atau spasi yang panjang, yang bila dienkripsi maka akan menghasilkan pola-pola cipherteks yang mudah dipecahkan dengan serangan yang berbasis statistik (menggunakan frekuensi kemunculan blok cipherteks). Selain itu, e-mail mempunyai struktur yang teratur yang menimbulkan pola-pola yang khas dalam cipherteksnya.

Misalnya kriptanalis mempelajari bahwa blok plainteks 5EB82F (dalam notasi HEX) dienkripsi menjadi blok AC209D, maka setiap kali ia menemukan cipherteks AC209D, ia dapat langsung mendekripsinya menjadi 5EB82F.

Satu cara untuk mengurangi kelemahan ini adalah menggunakan ukuran blok yang besar, misalnya 64 bit, sebab ukuran blok yang besar dapat menghilangkan kemungkinan menghasilkan blok-blok yang identik.

2. Pihak lawan dapat memanipulasi cipherteks untuk “membodohi” atau mengelabui penerima pesan.

Contoh 2. Misalkan seseorang mengirim pesan

Uang ditransfer lima satu juta rupiah

Andaikan bahwa kriptanalis mengetahui bahwa blok plainteks terdiri dari dua huruf (spasi diabaikan sehingga menjadi 16 blok plainteks) dan blok-blok cipherteksnya adalah

C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12, C13, C14, C15, C16


Misalkan kriptanalis berhasil mendekripsi keseluruhan blok cipherteks menjadi plainteks semula, sehingga ia dapat mendekripsi C1 menjadi Ua, C2 menjadi ng, C3 menjadi di dan seterusnya. Kriptanalis memanipulasi cipherteks dengan membuang blok cipheteks ke-8 dan 9 sehingga menjadi

C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C10, C11, C12, C13, C14, C15, C16

Penerima pesan mendekripsi cipherteks yang sudah dimanipulasi dengan kunci yang benar menjadi

Uang ditransfer satu juta rupiah

Karena dekripsi menghasilkan pesan yang bermakna, maka penerima menyimpulkan bahwa uang yang dikirim kepadanya sebesar satu juta rupiah.


• Kedua kelemahan di atas dapat diatasi dengan mengatur enkripsi tiap blok individual bergantung pada semua blok-blok sebelumnya. Dengan cara ini, blok plainteks yang identik akan menghasilkan blok cipherteks yang berbeda, dan manipulasi cipherteks mungkin menghasilkan pesan hasil dekripsi yang tidak mempunyai makna. Prinsip inilah yang mendasari mode operasi cipher blok yang kedua, yaitu Cipher Block Chaining.


Cipher Block Chaining (CBC)

• Mode ini menerapkan mekanisme umpan-balik (feedback) pada sebuah blok, yang dalam hal ini hasil enkripsi blok sebelumnya di-umpan-balikkan ke dalam enkripsi blok yang current.

• Caranya, blok plainteks yang current di-XOR-kan terlebih dahulu dengan blok cipherteks hasil enkripsi sebelumnya, selanjutnya hasil peng-XOR-an ini masuk ke dalam fungsi enkripsi.

• Dengan mode CBC, setiap blok cipherteks bergantung tidak hanya pada blok plainteksnya tetapi juga pada seluruh blok plainteks sebelumnya.

• Dekripsi dilakukan dengan memasukkan blok cipherteks yang current ke fungsi dekripsi, kemudian meng-XOR-kan hasilnya dengan blok cipherteks sebelumnya. Dalam hal ini, blok cipherteks sebelumnya berfungsi sebagai umpan-maju (feedforward) pada akhir proses dekripsi.

Gambar 3 memperlihatkan skema mode operasi CBC.


Pi – 1 Pi Ci – 1 Ci


Ci – 2  


EK EK DK DK



Ci – 2  
Ci – 1 Ci

Pi – 1 Pi

Enkripsi Dekripsi

Gambar 3 Skema enkripsi dan dekripsi dengan mode CBC


• Secara matematis, enkripsi dengan mode CBC dinyatakan sebagai

Ci = EK(Pi  Ci – 1)

dan dekripsi sebagai

Pi = DK(Ci)  Ci – 1

Blok plainteks pertama menggunakan C0 sebagai vektor awal (initialization vector atau IV). IV tidak perlu rahasia.

• Blok-blok plainteks yang identik dienkripsi menjadi blok-blok cipherteks yang berbeda hanya jika blok-blok plainteksnya sebelumnya berbeda.

• Jika blok-blok plainteks sebelumnya ada yang sama, maka ada kemungkinan cipherteksnya sama. Untuk mencegah hal ini, maka digunakan IV yang merupakan data acak sebagai blok pertama. IV tidak mempunyai makna, ia hanya diguanakan untuk membuat tiap blok cipherteks menjadi unik.


Contoh 3. Tinjau kembali painteks (dalam biner) pada Contoh 1:

10100010001110101001

Bagi plainteks menjadi blok-blok yang berukuran 4 bit:

1010 0010 0011 1010 1001

atau dalam notasi HEX adalah A23A9.

Misalkan kunci (K) yang digunakan adalah (panjangnya juga 4 bit)

1011

atau dalam notasi HEX adalah B. Sedangkan IV yang digunakan seluruhnya bit 0 (Jadi, C0 = 0000)

Misalkan fungsi enkripsi E yang sederhana (tetapi lemah) adalah dengan meng-XOR-kan blok plainteks Pi dengan K, kemudian geser secara wrapping bit-bit dari Pi  K satu posisi ke kiri.

C1 diperoleh sebagai berikut:
P1  C0 = 1010  0000 = 1010

Enkripsikan hasil ini dengan fungsi E sbb:
1010  K = 1010  1011 = 0001
Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 0010
Jadi, C1 = 0010 (atau 2 dalam HEX)

C2 diperoleh sebagai berikut:
P2  C1 = 0010  0010 = 0000
0000  K = 0000  1011 = 1011
Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 0111
Jadi, C2 = 0111 (atau 7 dalam HEX)

C3 diperoleh sebagai berikut:
P3  C2 = 0011  0111 = 0100
0100  K = 0100  1011 = 1111
Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 1111
Jadi, C2 = 1111 (atau F dalam HEX)

Demikian seterusnya, sehingga plainteks dan cipherteks hasilnya adalah:
Pesan (plainteks): A23A9
Cipherteks (mode ECB): 23124
Cipherteks (mode CBC): 27FBF

Terlihat bahwa dengan menggunakan mode CBC, blok plainteks yang sama (A dalam HEX) dienkripsikan menjadi dua blok cipherteks yang berbeda (masing-masing 2 dan B). Bandingkan dengan mode EBC yang menghasilkan blok cipherteks yang sama (2 dalam HEX) untuk dua buah blok yang sama (A).

Dengan kata lain, pada mode CBC, tidak ada korelasi antara posisi blok
plainteks yang sams dengan posisi blok cipherteksnya.

Perambatan Kesalahan

• Karena blok cipherteks yang dihasilkan selama proses enkripsi bergantung pada blok-blok cipherteks sebelumnya, maka kesalahan satu bit pada sebuah blok plainteks akan merambat pada blok cipherteks yang berkoresponden dan semua blok cipherteks berikutnya.

• Tetapi, hal ini berkebalikan pada proses dekripsi. Kesalahan satu bit pada blok cipherteks hanya mempengaruhi blok plainteks yang berkoresponden dan satu bit pada blok plainteks berikutnya (pada posisi bit yang berkoresponden pula).

• Kesalahan bit cipherteks biasanya terjadi karena adanya gangguan (noise) saluran komunikasi data selama transmisi atau malfunction pada media penyimpanan.

Persoalan Keamanan yang Muncul pada Mode CBC

1. Karena blok cipherteks mempengaruhi blok-blok berikutnya, pihak lawan dapat menambahkan blok cipherteks tambahan pada akhir pesan terenkripsi tanpa terdeteksi. Ini akan menghasilkan blok plainteks tambahan pada waktu dekripsi.

Pesan moral untuk masalah ini, pengirim pesan seharusnya menstrukturkan plainteksnya sehingga ia mengetahui di mana ujung pesan dan dapat mendeteksi adanya blok tambahan.

2. Pihak lawan dapat mengubah cipherteks, misalnya mengubah sebuah bit pada suatu blok cipherteks. Tetapi hal ini hanya mempengaruhi blok plainteks hasil dekripsinya dan satu bit keslahan pada posisi plainteks berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar